Pada tahun 2015, Ubisoft mengumumkan tidak akan merilis game Assassin’s Creed baru untuk tahun 2016. Hal tersebut cukup mengejutkan banyak pihak karena sebelumnya Ubisoft selalu merilis game Assassin’s Creed setiap tahun.

Dalam pernyataan resminya, Ubisoft mengatakan akan merombak ulang gameplay Assassin’s Creed, dan mereka benar-benar melakukannya di Assassin’s Creed: Origins.

Inovasi

Satu hal yang pertama kali saya rasakan saat memainkan Origins adalah inovasi. Game ini sangat berbeda dengan semua seri pendahulunya dari berbagai aspek. Bahkan game ini bisa menjadi bukan sebuah Assassin’s Creed jika Ubisoft tidak menghadirkan karakter “bertudung” yang bisa melakukan parkour.

Berbeda dengan semau seri sebelumnya, Origins kini tampil sebagai game RPG. Ya, game ini kini tampil dengan sistem pencapaian yang jauh lebih kompleks dari sebelumnya. Salah satu yang paling berubah adalah bagaimana Anda menggunakan senjata dan perlengkapan lainnya.

Di Origins, Anda bisa menggunakan banyak sekali jenis senjata, mulai dari pedang, tombak, pedang dan perisai, hingga senjata sejenis palu. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan banyak sekali jenis panah. Namun, dari sekian banyak senjata yang hadir di Origins, panah jenis Predator Bow adalah favorit saya. Dengan panah tersebut saya bisa melumpuhkan musuh yang jaraknya sangat jauh tanpa terdeteksi.

Tidak hanya jenis senjata, kualitasnya pun harus Anda perhatikan. Seperti game RPG pada umumnya, Origins juga menghadirkan sistem grade untuk setiap senjata utama. Kualitas senjata bisa dilihat dari warnanya dengan warna emas yang menandakan senjata jenis Legendary.

Sistem equipment yang digunakan juga sangat berbeda. Meski tidak bisa diganti seperti senjata, equipment kini bisa di-upgradeUpgrade juga tidak bisa dilakukan sembarangan, Anda harus mengumpulkan sejumlah material terlebih dulu sebelum melakukan upgrade. Semakin tinggi level upgrade-nya, semakin banyak dan sulit material yang harus dicari.

Perubahan lainnya adalah kini karakter yang Anda gunakan memiliki sistem level dan skill, dengan demikian Anda tidak bisa sembarangan menikam musuh dari belakang. Musuh yang levelnya lebih tinggi dari karakter Anda juga bakal lebih sulit dilumpuhkan.

Sementara sistem skill memungkinkan Anda memilih berbagai kemampuan yang bisa dimiliki oleh karakter. Ada tiga jalur skill yang bisa dipelajari dan ketiganya memiliki sifat yang berbeda. Untuk mempelajari sebuah skill, Anda membutuhkan skill point yang bisa didapat setiap kali level Anda naik.

Cerita Menarik tapi Singkat

Sesuai dengan namanya, Assassin’s Creed: Origins bakal menceritakan kisah awal mula terbentuknya Brotherhood of Assassins. Dalam game ini Anda akan banyak sekali berperan sebagai Bayek, seorang Medjay atau “penjaga” dari kota Siwa di Mesir Kuno. Awalnya, Bayek tidak terpikir untuk menjadi seorang assassin, namun keadaan mendesaknya.

Di awal permainan, Anda akan dihadapkan dengan cerita bagaimana Bayek membunuh seseorang yang diketahui merupakan bagian dari sebuah organisasi bernama The Snakes, awal dari organisasi Templar yang merupakan musuh abadi para assassin.

Bayek memburu para anggota The Snakes bukan tanpa alasan. Ia menuntut balas dendam atas kematian anak satu-satunya yang meninggal saat Bayek dipaksa untuk membuka ruangan kuno rahasia yang ada di bawah kotanya. Sejak itu Bayek pisah dengan istrinya dan berkelana mengelilingi mesir untuk mencari anggota The Snakes.

Petualangan Bayek pun berujung pada konspirasi untuk menggulingkan kekuasaan Firaun Ptolemy dan membantu Cleopatra serta Caesar untuk menguasai Mesir. Namun pada akhirnya, Bayek sadar bahwa ia hanya diperalat dan musuhnya ternyata ada dimana-mana.

Pada akhirnya Bayek memutuskan untuk membuat sebuah perkumpulan rahasia yang membantu masyarakat kecil agar selalu mendapatkan keadilan serta menjaga berbagai rahasia kuno yang ada di dunia. Dari sana lahirlah Brotherhood of Assassins yang pada akhirnya terus berjuang melawan Templar hingga era Desmond Miles dan setelahnya.

Sayangnya, keseluruhan cerita Assassin’s Creed: Origins tergolong sangat singkat. Semua cerita tersebut bisa saya selesaikan ketika Bayek telah mencapai level 32. Padahal dunia Mesir Kuno yang disajikan sangat luas, bahkan mungkin setara dengan Bolivia di Ghost Recon Wildlands.

Selain itu, saya sangat penasaran dengan cerita di dunia modern. Seperti sebelumnya, Origins juga masih mengisahkan kehidupan modern. Di sisi modern Anda akan berperan sebagai Layla Hassan yang merupakan mantan peneliti Abstergo. Layla berhasil menciptakan Animus versi baru yang bisa mengakses memori dari orang lain.

Di Origins, Layla menggunakan mumi Bayek untuk mengakses semua memorinya dan menemukan bagaimana Brotherhood of Assassins pertama kali dibentuk. Sayangnya, cerita Layla sangat singkat, bahkan tidak terasa sama sekali. Ini berbeda dengan kisah Desmond yang memiliki peran sangat penting dari Assassin’s Creed pertama hingga Assassin’s Creed III.

Mesir Kuno yang Sangat Luas

Assassin’s Creed: Origins menggunakan latar belakang lokasi Mesir Kuno pada saat transisi kekuatan serta merupakan akhir dari masa kekuasaan Firaun di Mesir. Berbeda dengan Roma di Assassin’s Creed: Brotherhood, Paris di Assasin’s Creed: Unity, atau London di Assassin’s Creed Syndicate, Mesir Kuno di Origins sangat luas. Bahkan lebih luas dari kepulauan Karibia di Assasin’s Creed IV: Black Flag dan setara dengan map Bolivia di Ghost Recon Wildlands.

Mesir Kuno juga tidak memiliki banyak bangunan tinggi dan lebih didominasi oleh tebing serta pepohonan sehingga kegiatan parkour tidak segila yang ada di seri Assassin’s Creed sebelumnya, terutama Syndicate. Meski demikian, ada banyak sekali hal yang bsia dijelajahi di dalam game ini.

Di Origins, Anda tidak hanya bisa melakukan berbagai quest sampingan. Jika Anda berkeliling di alam liar, Anda akan menemukan banyak hal baru, mulai dari sarang macan tutul atau buaya sungai, tumpukan harta karun, markas bandit, hingga gua rahasia yang bisa mengarahkan Anda ke tempat pemujaan sekelompok penganut kepercayaan ekstrem.

Karena menggunakan latar belakang Mesir Kuno, Anda juga bisa menjelajahi berbagai situs bersejarah termasuk patung Sphinx dan piramid di Giza. Anda juga bisa masuk ke dalam piramid yang dipenuhi dengan harta karun. Salah satu piramid bahkan memiliki ruangan rahasia yang memungkinkan Anda untuk mendapatkan armor spesial.

Kesimpulan

Saya pribadi sangat senang dengan Assassin’s Creed: Origins. Karena wilayahnya sangat luas dan memiliki banyak sekali konten di dalamnya, hingga kini saya masih berusaha berkelana dan mengunjungi setiap sudut lokasi di dunia dalam game ini.

Memang cerita utamanya terlalu singkat dan tergolong sangat linear. Awalnya saya kira game ini mengadopsi jalan cerita non-linear seperti Ghost Recon: Wildlands dan memburu satu per satu anggota The Snakes tanpa harus berurutan. Namun pada akhirnya game ini harus ditamatkan dengan misi cerita yang berurut.

Selain masalah di cerita, game ini memiliki sedikit isu mengenai audio. Salah satu channel suaranya tidak muncul jika Anda menggunakan headphone Logitech dan Ubisoft masih belum memberikan solusinya. Namun secara keseluruhan, saya sangat puas dengan Assassin’s Creed: Origins. Tidak percuma Ubisoft menunda game ini selama setahun karena mereka berhasil menciptakan salah satu seri Assassin’s Creed terbaik yang pernah ada.